BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial adalah pengelompokan
masyarakat secara horisontal berdasarkan ciri-ciri tertentu.
Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara
bertingkat/vertikal seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi,
yaitu lapisan tinggi, lapisan menengah dan lapisan rendah.
Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku
bangsa), klen dan agama disebut kemajemukan sosial, sedangkan
pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut
heterogenitas sosial. Kalau kita memperhatikan masyarakat di sekitar
kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan yang kita jumpai. Dalam
penelitian kali ini kami melakukan di Desa Ringinanyar, di desa ini kami
menemui terjadinya diferensiasi, diferensiasi tersebut berupa
perbedaan-perbedaan antara lain dalam agama, ras, etnis, clan (klen),
pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin
1.2 Wujud Diferensiasi
Hal-hal yang dapat membedakan antar
kelompok manusia dalam masyarakat sangat beragam dan terus berkembang
dari masa ke masa, secara sistematis perbedaan sosial berdasarkan
sumbernya dapat dipilah sebagai berikut:
- Alamiah seperti perbedaan ras, jenis kelamin, usia, dan intelegensi.
- Sosial (lebih dipengarui oleh konstruksi sosial atau budaya) seperti perbedaan etnis, gender, agama, dan kebudayaan.
. Di Desa Ringinanyar kami
mengidentifikasi bahwa masyarakat yang tinggal di desa terdebut itu
merupakan masyarakatnya bersifat heterogen, karena di desa tersebut
terlihat banyak terdapat bentuk diferensiasi sosial diantaranya
diferensiasi dalam hal:
1. Profesi
Masyarakat yang tinggal di Desa
Ringinanyar ini ditemui bahwa memiliki profesi atau mata pencaharian
yang beraneka macam diantara profesi tersebut pertani padi, petani
lombok, petani jagung, petani tomat, petani tebu dan lain sebagainya
dengan keanekaragaman profesi tersebut maka di masyarakat Desa
Rringinanyar terjadi deferensiasi Sosial dalam hal profesi.
2. Agama
Selain dalam hal profesi masyarakat
Ringinanyar juga beragam dalam hal kepercayaan, terdapat lima
kepercayaan yang ada di desa ini antara lain: Agama Islam, Kristen,
Protestan, Hindu dan Budha. Dengan keanekaragaman profesi tersebut maka
di masyarakat Desa Ringinanyar terjadi deferensiasi Sosial dalam hal
Agama.
3. Gender
Tentunya dalam sebuah masyarakat
terdapat deferensiasi berdasarkan gender sehingga dalam pembagiaan tugas
pun dapat kita lihat seperti: dalam pembagan kerja saat becocok tanam
biasanya Lelaki mendapatkan tugas untuk mencangkul, memberikan
pestisida, dan membajak sawah. Sedangkan para wanita mendapatkan tugas
untuk menanam (tandur) dan memanen hasil tanaman tersebut. dengan
pembedaan pembagian tugas tersebut maka di masyarakat Desa Ringinanyar
terjadi deferensiasi Sosial dalam hal Gender.
4. Usia
Usia adalah hal yang tidak dapat
dihindari ketika seseorang dirasa kurang produktif dalam masyarakat
tersebut maka orang tersebut tergolong usia non produktif. Dalam hal ini
kelompok kami mengamati bahwa penduduk Desa Riginanyar yang non
produktif mendapatkan perlakuan khusus seperti lebih diayomi atau lebih
dirawat oleh usia Produktif. Sedangkan penduduk dalam usia produktif
akan mencari pekerjaan guna memenuhi kebutuhaan hidup,serta menagung
keperluaan usia non produktif. Melihat fenomena seperti ini maka di Desa
Ringinanyar telah terjadi diferensiasi sisoal dalam hal Usia.
1.3 Konsekuensi Diferensiasi Sosial
Sepanjang
perkembangan diferensiasi sosial tetap fungsional dan sifatnya saling
mengisi, ketidakpuasan dan perselisihan di masyarakat kecil kemungkinan
bakal tersulut. Tetapi ketika perbedaan dan perbenturan kepantingan
mulai muncul serta ditambah lagi dengan makin menguatnya iakatan-ikatan
primordial antara masing-masing kelompok, maka akan terjadi sebuah
konflik, bahkan konflik yang terjadi akan menjadi konflik terbuka
seperti halnya terjadi di Desa Ringinanyar ada seorang yang berprofesi
sebagai dokter dan ada yang berprofesi sebagai tukang bangunan, orang
yang berprofesi sebagai tukang bangunan sering kali memiliki sifat iri
terhadap orang yang berprofesi sebagai dokter.
1.4 Pengertian dan Penyebab Disorganisasi Sosial
- Pengertian Disorganisasi Sosial
Disorganisasi sosial adalah suatu proses
sosial kontinu yang memanifestasikan aspek tekanan batin, ketegangan,
bencana batin dari pada suatu sistem sosial. Disorganisasi Sosial
(social disorganization) merupakan kebalikan dari Organisasi Sosial
(social organization), bahkan tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa
untuk memahami konsep social disorganization perlu pula memahami konsep
Social organization. Social organization ditandai oelh adanya hubungan
yang harmonis antara elemen yang berbeda dalam suatu sistem sosial. Hal
yang sebaliknya dapat digunakan untuk mendefiniskan socila
disorganization, yaitu apabila proses interaksi sosial dan fungsi yang
efektif dari kelompok terpecah atau dapat juga dikatakan proses
terpecahnya hubungan antar kelompok dalam suatu masyarakat
- Penyebab Terjadinya Disorganisasi Sosial
Dalam suatu masyarakat, termasuk
masyarakat yang ada di Desa Ringinanyar sering kali terjadi proses
disorganisasi sosial, terjadinya disorganisasi sosial sekurang-kurangnya
disebabkan oleh 3 faktor :
1. Faktor Politik
Hubungan antar kelompok yang semula
hidup rukun suatu saat bisa berubah menjadi penuh konflikketika di
dalamnya di beri muatan politik.
Contoh: Seperti halnya masyarakat yang
ada di Desa Ringianyar ketika pada saat terjadi pemilu, baik itu pemilu
dalam memilih kepala desa maupun pemilu dalam memilih bupati, di
masyarakat ini sering terjadi konflik baik antara individu dengan
individu, maupun kelompok dengan kelompok yang disebabkan karena mereka
memiliki pandangan berbeda mengenai calon yang mereka pilih.
2. Faktor Ekonomi
Perbedaan antar kelompok bisa berubah
menjadi permusuhan atau sikap antipati ketika perbedaan antara
masing-masing kelompok itu bersejajaran dengan kesenjangan kelas
ekonomi.
Contoh: Seperti halnya di masyarakat
Desa Ringinanyar, diantara masyarakat tersebut sering terjadi konflik
(disorganusasi sosial) dikarenakan karena faktor ekonomi, bahkan
disorganisasi sosial itupun ada yang terjadi di satu keluarga (antar
anggota keluarganya sendiri) hal itu terjadi karena faktor pembagian hak
waris yang salah satu anggota keluarganya merasa pembagian hak warisnya
tidak adil.
3. Faktor Sosial Budaya
Yang dimaksud faktor sosial budaya di
sini terutama adanya ikatan primordialisme antara kelompok satu dengan
kelompok yang lain atas dasar solidaritas etnis, ras, kelas, perbedaan
budaya.
Contoh: masyarakat yang ada Desa
Ringianyar pernah terjadi disorganisasi sosial karena faktor budaya
yaitu ketika ada anggota masyarakat baru yang masuk dan bertempat
tinggal menetap di desa tersebut, anggota masyarakat yang baru tersebut
tidak bisa menyesuaikan diri dengan budaya yang ada di Desa Ringianyar.
1.4 Timbulnya Konflik
Konflik adalah keadaan
dimana interaksi tidak berlangsung menurut nilai dan norma sehingga
terjdi pertentangan atu pertikaian atas dasar berbagai kepentingan yang
berbeda. Konflik merupakan proses atau keadaan dimana dua pihak atau
lebih berusaha menggagalkan tujuan pihak lain kerena ada perbedaan
pendapat, atau tuntutan-tuntutan masing-masing pihak.
Dalam hal ini diferensiasi sosial bisa
juga menimbulkan suatu konflik seperti contoh di desa Ringinanyar
terdapat etnik Jawa dan Cina yang memiliki kebudayaan brbeda. Etnik Cina
yang mayoritas beragama Konghuchu tidak disenangi oleh masyarakat dari
etnik Jawa asli. Sebab mereka yang mempunyai usaha sebagai penjual
makanan siap saji tidak menggunakan kaidah islam yang menginginkan
makanan halal. Para etnik Cina ini menjual makanan seperti bebek, ayam,
dan lain sebagainya tanpa disembelih. Masyarakat sekitar merasa tidak
nyaman dengan hal ini sehingga timbullah konflik diantara kedua etnik
ini.
Konflik semacam ini bisa terjadi karena
tidak adanya perasaan paling benar mengenai kebudayaan yang dianut oleh
masing-masing pihak. Mereka berusaha menggagalkan tujuan/usaha dari
etnik lain yang mempunyai kebudayaan berbeda.
1.6. Upaya Mengurangi Konflik
Konflik dapat
dikatakan merupakan suatu yang sementara sifatnya. Jika suatu konflik
dapat diatasi, maka masyarakat dapat kembali kearah integrasi dan
keteraturan.
Konflik pada dasarnya bukan
suatu hal yang diinginkan. Oleh karena itu, jika terjadi konflik dalam
suatu kelompok atau masyarakat, mereka harus segera diatasi.
Cara-cara untuk mengatasi konflik:
- Memaksa pihak-pihak yang bertikai untuk segera mengakhiri konflik
- Memaksa pihak-pihak yang bertikai untuk berunding
- Menggunakan jasa mediator (penengah)
- Meminta bantuan pihak ketiga
- Mempertemukan keinginan-keinginan pihak yang bertikai demi tercepainya tujuan bersama yang diprakarsai penitia tetap
- Menganjurkan bertoleransi kepada kelompok-kelompok sosial yang berbeda
- Mengadakan gencatan senjata
- Membawa kasus ke pengadilan
- Penyesuaian kembali
Dalam kasus pertikaian antar
etnik jawa dan cina diatas upaya yang dilakukan untuk menurangi
terjadinya konflik yaitu dengan cara paksaan. Etnik jawa yang merupakan
entik mayoritas di kabupaten Blitar memaksa etnik Cina agar menjual
makanan-makanan yang halal. Mereka mengancam akan membakar restoran
tersebut apabila tidak mematuhi norma yang berlaku secara umum. Dan
akhirnya dengan terpaksa etnik cina tersebut harus membeli daging
ayam/sapi/bebek yang telah disembelih oleh orang muslim yang mereka beli
di pasar Blitar. Dengan jalan ini akhirnya konflik diantara kedua belah
pihak dapat terselasaikan.
1.7 Contoh Diferensiasi Sosial yang Kami Identifikasi di Lingkungan Sekitar
Contoh
diferensiasi sosial yang kami identifikasi yaitu diferensiasi yang
terjadi di desa Ringinanyar, kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Di
desa ini merupakan suatu desa yang memiliki keragaman diferensiasi dalam
berbagai hal seperti agama, aliran agama, pekerjaan, jenis kelamin,
usia, etnik, kebudayaan, dan lain sebagainya.
Wujud diferensiasi sosial yang terjadi di desa Ringianyar yaitu:
- Agama: Islam & Kristen
- Aliran agama: Nahdlatul Ulama’& Muhammadiyah
- Jenis kelamin: Laki-laki & Perempuan
- Pekerjaan: pertani padi, petani lombok, petani jagung, petani tomat, petani tebu dan lain sebagainya
- Usia: Balita, Anak-anak, Remaja, Dewasa, Tua
- Etnik: Jawa, Cina, & Thailand
- Kebudayaan: Jawa (asli kebudayaan Ringianyar), Islam Jawa (dianut masyarakat NU), Islam Arab (dianut masyarakat Muhammadiyah), Konghuchu (dianut masyarakat Cina), Kristen (dianut masyarakat kristen).
Dalam diferensiasi sosial tidak jarang
menimbulkan suatu dampak negatif seperti konflik sosial dan perpecahan.
Pada masyarakat desa Ringianyar, untuk mengurangi dampak tersebut
ditumbuhkan rasa toleransi yang tinggi pada masyarakat dengan cara
saling menghormati dan tidak mengganggu jalannya masing-masing perbedaan
selama tidak bertentangan keras/merugikan masyarakat secara umum.
Dalam masyarakat yang heterogen seperti
desa Ringianyar seperti ini tidak jarang menimbulkan suatu konflik
sosial. Contoh konflik sosial yang kami anngkat dalam kasus ini yaitu
konflik yang terjadi antara aliran agama Islam Nahdlatul Ulama’ dan
Muhammadiyah. Konflik soaial ini dapat terjadi karena perbedaan
kebudayaan/pandangan yang mereka anut. Dalam Nahdlatul Ulama’ mempunyai
kebudayaan mendo’akan orang yang sudah meninggal seperi tujuh harian,
empat puluh harian, seribu harian, dan haul. Namun dalam Muhammadiyah
tidak terdapat acara semacam ini. Dari perbedaan inilah timbul suatu
konflik di desa ringianyar karena antar pengikut aliran saling
mengejek/menghina satu sama lain. Pengikut Nahdlatul Ulama’ menghina
pengikut muhammadiyah karena membiarkan keluarganya yang telah meninggal
tanpa diadakan selamatan (tahlilan) seperti hewan yang dibiarkan saja
meninggal. Dan sebaliknya pengikut Muhammadiyah juga mengejek/menghina
pengikut Nahdlatul Ulama’ acara tahlilan/do’a kepada orang yang telah
meninggal itu merupakan suatu yang Bid’ah dan haram hukumnya. Karena
saling menghina satu sama lain akhirnya timbullah konflik diantara ke-2
aliran agama Islam ini.
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi
konflik dalam kasus ini yaitu harus adanya toleransi yang tinggi
diantara kedua belah pihak. Tidak boleh ada perasan paling benar
diantara kedua belah bihak, kerena suatu keyakinan merupakan suatu yang
paling benar menurut penganut keyakinan itu sendiri. Dan itu tidak dapat
dipaksakan satu sama lain. Sehingga upaya untuk mengurangi konflik agar
konflik tidak semkin meluas diantara kedua belah pihak yaitu dengan
mengedepankan perasaan saudara (integrasi) sebagai sesama penganut agama
Islam.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Diferensiasi sosial adalah pengelompokan
masyarakat secara horisontal berdasarkan ciri-ciri tertentu. Sehingga
diantara perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam diferensiasi soaial ini
mempunyai tingkat derajad yang sama diantara perbedaan-pebedaan
tersebut. Contoh diferensiasi sosial yaitu Agama, Jenis Kelamin,
Profesi, Ras, Etnik, dan lain sebagainya. Dalam diferensiasi sosial
tidak jarang menimbulkan motivasi terjadinya konflik sehingga untuk
menekan konflik tersebut perlu adanya sikap toleransi yang tingi dalam
masyarakat.
Mobilitas sosial adalah suatu gerak
perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lain atau gerak
pindah dari strata yang satu ke strata yang lain. Dalam mobilitas sosial
terdapat 2 jenis gerakan sosial yaitu mobilitas vertikal (dari
kedudukan rendah ke tinggi / sebaliknya) & mobilitas horisontal
(dalam lapisan sosial yang sama / mendatar).
Konflik adalah keadaan
dimana interaksi tidak berlangsung menurut nilai dan norma sehingga
terjdi pertentangan atu pertikaian atas dasar berbagai kepentingan yang
berbeda. Konflik merupakan proses atau keadaan dimana dua pihak atau
lebih berusaha menggagalkan tujuan pihak lain kerena ada perbedaan
pendapat, atau tuntutan-tuntutan masing-masing pihak
1.2 Saran
Dalam hal ini kami
menyarankan kepada pembaca agar selalu berfikap positif dalam menyikapi
adanya diferensiasi soaial. Karena pada hakikatnya manusia memang
diciptakan beraneka ragam untuk saling mengisi dan melengkapi. Sehingga
kita harus mengedepankan sikap toleransi agar konflik yang diakibatkan
kerena adanya diferensiasi soaial tidak terjadi.
REFERENSI
- Subakti, A. Ramlan dkk. 2011. Sosiologin Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
- Saptono, Bambang. 2006. Sosiologi. Jakarta: Phibeta
- Sutomo dkk. 2009. Sosiologi. Malang: Graha Indotama
1 komentar:
Pengamatan ini sepertinya kok ngawur ya...
Prasaan di desa ringinanyar masyarakatnya cuma beragama Islam, gak ada yg lain, gak kelima agama ada di sana, profesinya-pun terkesan meng ada2 gak benar2 pengamatan, memang semua profesi pertanian yg dijelaskan diatas memang benar, tapi kok yang berprofesi lain (non-pertanian) gak disebutin, padahal ada pedagang, peternak, guru, dsb. (gak cuma petani aja). Terus faktor sosial budaya yg dicontohkan di atas sangat nagwur..!! dsb. sampai bawah ngarang semua... jelas, aku yakin 100% ini ngarang!!
Posting Komentar